editor [Alawy Ali Imran Muhammad] ; ilustrator [Humaira Liatussoliha]

Join to our blog

Kamis, 29 Oktober 2009

Kepergian Sang kakek untuk selamanya

Usia 8 (45 S.H/578 M)

@ entah mengapa hari-hari itu Abdul Muttholib merasa ajalnya mendekat. Tubuhnya makin renta,usia yang telah 120 tahun menaklukkan kekokohan fisik kepala suku Quraisy itu. Ingatan dan perhatiannya tetap tidak berpaling dari sang cucu tersayang, Muhammad ibni Abdillah. Dan sejenak sebelum wafatnya, Abdul Muttholib memberikan hak pengasuhan Muhammad pada putra tertuanya,sekaligus saudara kandung Ayah Nabi Muhammad, Abdu Manaf,yang terkenal dengan panggilan Abu Tholib. Semua rahasia tentang sang cucu diberitahukan pada Abu Tholib,dan beliau berpesan agar benar-benar menjaga dan merawat Muhammad.

@ tepat saat sang Nabi berusia 8 tahun,2 bulan, 10 hari. Sang kakek tercinta meninggalkannya untuk selama-lamanya. Muhammad kecil hanya mampu menerawang jauh sembari meneteskan air mata duka,kakek yang beliau anggap lebih dari ayahnya sekarang meninggalkannya dalam kesendirian. Dengan penuh kasih sayang dan rasa iba yang luar biasa, Abu Tholib merengkuh pundak keponakannya itu dan memeluknya erat.

@ sejak hari itu,Nabi Muhammad kecil pindah ke rumah sang paman. Dan Abu Tholib serta istrinya Fatimah binti Asad,ternyata lebih menyayangi sang keponakan daripada putra putrinya sendiri. Apapun kebutuhan sang calon Nabi itu dipenuhi. Yang aneh, jika keluarga itu lagi makan,sementara Muhammad bersamanya,mereka semua kenyang,namun jika Muhammad tidak turut serta makan,atau beliau tidak didahulukan,maka mereka tidak kenyang,makanan tidak mencukupi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar