editor [Alawy Ali Imran Muhammad] ; ilustrator [Humaira Liatussoliha]

Join to our blog

Jumat, 23 Oktober 2009

Kepergian sang bunda untuk selamanya

@ 1 bulan Bunda Aminah dan Muhammad berada di Madinah. Saatnya kembali lagi ke Mekkah. Namun saat keberangkatan,Bunda Aminah merasakan badannya agak tidak enak. Dan dalam perjalanan,kesehatan bunda aminah makin menurun, keadaan beliau makin memburuk. Tak tergambar kecemasan Ummu Aiman melihat majikannya sakit seperti itu,dan Muhammad Kecil selalu bersamanya.

@ Akhirnya,sesampai di Abwa',desa kecil antara Makkah dan Madinah, Bunda Aminah menghembuskan nafas terakhirnya, meninggalkan Muhammad kecil,putra tunggalnya dalam kepedihan hidup tanpa ayah dan ibu. Muhammad menangis sesenggukan dalam pelukan Ummu Aiman melihat jasad ibundanya dikebumikan di desa sunyi itu. Keduanyapun melanjutkan perjalanan ke Mekkah dalam kesedihan hebat dan berkabung.

@ sesampai di Makkah dan demi mendengar kabar pilu itu,tak terperikan duka Abdul Muttholib melihat Muhammad kecil menangis yang kini tanpa ibu dan tanpa ayah,segera diambilnya cucunya itu, dan diasuhnya sendiri. Tiada hari setelah itu bagi Abdul Muttholib kecuali mendidik Muhammad. Lelaki tua nan gagah itu yang bernama asli Syaibatul Hamdi dan berusia lebih dari 1 abad itu mencurahkan seluruh kasih sayangnya di sisa umurnya pada Muhammad.

@ baginya Muhammad tidak lagi cucu,tapi anak,apapun yang dilakukan Muhammad,selalu menggembirakan hatinya. Di usap-usapnya punggung cucu tersayangnya itu tiap usai berlari-lari lantas duduk di dekatnya. Di biarkannya Muhammad duduk di hambal khusus miliknya,padahal seluruh putranya tak ada yang berani duduk di hambal itu.

@ kelak,atas asuhan ini, Rosululloh tak henti-hentinya membanggakan kakeknya ini,pemimpin terakhir klan Quraisy,seraya berteriak lantang dalam suatu pertempuran, "Aku putra Abdul Muttholib !"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar